Kamis, 21 Februari 2013

RETRUN OF LOVE [Chapter 1]


Return of Love
By : OnDee || @Domestic_baby
My fourth Romantic Story ^^
안녕하세요!
Jeoneun Dilla imnida. Oh, my nickname is OnDee –lol-. Okey I just want to say, enjoy this all. Sorry if you don’t like many word or what happened in my story, or you really don’t like the story after you read (I hope this is wrong ^^). But, this is just STORY what I writting. And I have many couple here. Remember! THIS IS JUST STORY, NOT REAL HAPPY READING !!!!
__감사함니다__

*Bow with Kyung Soo ^^* 


Main cast :
Goo Han Yeol
Do Kyung Soo
Oh Se Hoon
Byun Baek Hyun
Park Chan Yeol
Kim Su Ho
Kim Jong In
Song Hye Ri
(Han Yeol’s best friend)
Jessica Jung
Krystal Jung

Other Cast :
Kim Ryeo Wook 
Kim Jong Jin (Jong Woon’s brother)
Lee Jin Ki
Cho Jin Ho (Hye Ri’s cousin)
Park Min Yeol (Chan Yeol’s step sister)
Jung Min Ji (who’s like Su Ho)
Han Hyo Jo (Han Yeol’s best friend)
Joyn Lee (Krystal’s friend) 
Caroline Woo (Krystal’s friend)

Cast of The Teacher :
Kim Jong Woon (Art Teacher in 2nd class)
Kim Tae Yeon (Biology Teacher in 2nd class)
Sunny Lee (Biology Teacher in 3rd class)
Park Lee Teuk (Sport Teacher in 2nd class)
Choi Siwon (Sport Teacher in 3rd class)
Cho Kyu Hyun (Math Teacher in 2nd class)
Lee Kang Ta (Math Teacher in 3rd class)
Tiffany Hwang (English Teacher in 2nd class)
Kwon BoA (Head Master of GreenLeaf International High School)



1995….

Ketika kematian datang, tak ada yang bisa dilakukan. Apapun itu tak akan mengubah segalanya. Menerima kenyataan, hanya itu. Biarkan jiwa-jiwa itu pergi ke alamnya dan tinggal dengan tenang. Jika ada yang bisa dilakukan untuk menundanya, siapapun akan melakukannya. Namun semua sia-sia,

“Kematian tak bisa dihindari. Apapun yang kau lakukan, tak akan mengubah segalanya. Terima semuanya, ini memang kenyataan. Kupercaya, kehidupan kalian dimasa mendatang akan lebih baik lagi.”
Terbaring lemah, hanya itu yang di lakukannya selama 2 tahun. Penyakit yang tak kunjung sembuh membuat keadaannya semakin memburuk. Dan dia berpesan pada kedua anaknya sebelum menghembuskan nafas terakhir.
“Hanya itu kata-kata yang bisa aku katakan, jaga diri kalian baik-baik. Jaga adikmu, jangan sampai kalian terpisah. Berjanjilah padaku. Kau anak laki-laki, bertahanlah demi aku, ibumu, dan adikmu. Sudah saatnya aku pergi.”
“Appa! Appa! Tidak, kau tak boleh meninggalkan kami. Appa!” teriak anak laki-laki. Namun sia-sia, ayahnya sudah pergi untuk selamanya.
“Appa kenapa oppa? Apa dia tidur oppa? Kenapa appa diam saja oppa?” Tanya anak perempuan yang juga adiknya. “Oppa jangan menangis, oppa kan bukan anak cengeng. Appa hanya tidur kan, dia hanya bermain main kan oppa?”
Wajahnya semakin memucat. Bibirnya bergetar, dia hanya menatap sayu kepada adiknya, “Appa, dia pergi jauh. Pergi sangat jauh. Biarkan dia istirahat, ne?” jawab anak laki-laki sambil membelai rambut hitam adiknya dengan lembut. “Appa pasti bahagia bersama eomma di surga.”
“Hm ne oppa.”
“Ayo, kita keluar dari sini.”
Mereka kini yatim piatu. Sedangkan ibu mereka meninggal setelah melahirkan anak perempuannya, Han Yeol. Kakek dan nenek dari pihak ibu maupun ayah juga sudah meninggal. Kini tinggal Kim Han Soo dan suaminya, Byun Young Seok, saudara dari ibu mereka, Kim Han Yeol yang tinggal di Incheon. Namun mereka belum tahu kematian Goo Bang Hyun, ayah dari kedua anak itu. Keluarga Byun juga sedang berduka.
Mereka akhirnya dititipkan di panti asuhan oleh penduduk desa. Mereka masih tinggal Gyeonggi. Anak laki-laki berumur 7 tahun, dan anak perempuan berumur 6 tahun (dinyatakan dalam umur Korea). Hanya 5 bulan mereka hidup bersama dipanti asuhan, sampai saat mereka dipisahkan oleh keadaan.
“Saya adopsi dia,” kata seorang pengusaha kaya yang ingin mengadopsi anak. Ia menunjuk anak laki-laki dengan kaus biru bergambarkan batman sumbangan dari sebuah perusahaan garmen terbesar kepada panti asuhan.
“Oh, dia. Baiklah. Aku akan tanyakan padanya.” Jawab pemilik panti asuhan itu, Han Seo Jung.
Nyonya Seo Jung menghampiri anak laki-laki yang sedang bermain sendirian dibawah pohon itu.
“Sayang, kau sedang apa?” Tanya nyonya Seo Jung.
Anak itu terdiam. Terlihat wajah penuh dengan kesedihan. Kesedihan karena kehilangan semuanya.
“Kenapa kau diam? Ada masalah apa? Ceritakan saja.”
Nyonya Seo Jung mengelus-ngelus kepala anak itu dengan pelan, dan ia terlihat ingin mengatakan sesuatu.
“Aku ingin punya orang tua lagi, aku sangat ingin.” Jawab anak itu, lalu ia menangis. Nyonya 35 tahun itu mengiba. Dia sangat mengerti apa yang anak ini rasakan. Sama seperti dirinya, dia juga yatim piatu sejak kecil dan dia benar-benar tahu rasanya tak memiliki orang tua lagi.
“Sayang, jangan sedih. Kau akan segera memiliki orang tua. Jangan menangis, ayo kita temui ayah barumu.”
Wajah anak itu berubah seketika. Dia berhenti menangis. Masih mencerna kata-kata nyonya Seo Jung tadi. Dia putuskan untuk berdiri dan melangkahkan kaki mengikuti nyonya Seo Jung.
Nyonya Seo Jung mengajak anak itu bertemu orang yang akan mengadopsinya.
“Tuan Park, ini dia anaknya. Nah sayang, beri hormat pada Tuan Park.”
Anak itu membungkuk memberi hormat. Kemudian ia mengangkat kepalanya lagi dan menatap orang itu. “Apakah 앟좃시(ahjussi) yang akan mengadopsiku?”
“Benar,saya orangnya. Beberapa hari yang lalu saya dan istriku mengunjungi panti asuhan ini dan istriku menyukaimu. Maukah kau jadi anakku? Demi istriku yang sedang sakit,” ujar Tuan yang bernama lengkap Park Hyun Do. Tangan besarnya mengelus pipinya lembut dengan badan sedikit membungkuk agar kepalanya bisa sejajar dengan anak di depannya. 
“Aku, jadi anakmu?”
“Ya benar, jadi anakku. Maukah? Kumohon demi istriku. Dia hanya ingin punya anak dan yang dia inginkan hanya kamu. Tak ada anak lain yang dia inginkan lagi.”
Anak itu terdiam. Dia bingung, dia sangat ingin mempunyai orang tua lagi tetapi bagaimana dengan adiknya? Apa orang itu mau mengadopsi adiknya?
“Aku punya permintaan.” Ujar anak itu.
“Katakan saja, apa itu?” Tanya Tuan itu. Tuan Park mengernyitkan dahi menunggu jawaban.
“Bisakah kau ajak seorang gadis kecil? Kumohon.”
Tuan itu terdiam. Ditegakkannya badannya seperti semula. Pandangannya berpaling kea rah jendela, lalu menghela nafas panjang. Dia menggenggam tangannya dibelakang erat-erat. 
“Aku tidak bisa melakukannya.” Jawab Tuan itu.
Mata anak itu membulat seketika, “Tapi kenapa? Kalau dia tidak bisa, aku juga tak akan mau di adopsi siapapun!” lalu anak itu berlari.
“Nyonya, sepertinya aku harus memaksanya.”
“Tidak baik bila itu dilakukan. Jika dia tidak mau sebaiknya jangan dipaksa Tuan.”
Tuan Park lalu menoleh pada nyonya Seo Jung. “Apapun yang terjadi, anak itu harus aku adopsi. Demi istriku yang sedang sekarat. Dia sangat ingin mengadopsi anak itu, bahkan dia memaksakan keadaannya hanya untuk melihat anak itu dari dekat. Sebenarnya permintaanya dia itu, masih bisa aku penuhi. Tetapi peraturan itu membuatku tak bisa berbuat apa-apa. Baiklah, aku akan kembali 2 hari lagi untuk menjemput anak itu.”
“Baiklah Tuan. Kalau itu yang mau. Saya akan berusaha membujuknya.”
***
Anak itu berlari menuju kamar adiknya, lalu menemaninya yang sedang sakit. Dia membelai kepala adiknya dengan lembut.
“Oppa.” Panggil anak perempuan. Pandangannya lirih pada sang kakak. Dia berusaha tersenyum memandang kakaknya yang masih membelai kepala adiknya. Kakaknya tersenyum lalu menjawab, “Iya? Aku disini.”
“Oppa, temani aku sampai sembuh kan?”
Anak laki-laki itu sedikit kaget dengan permintaan adiknya. Dia masih memikirkan tentang hak adopsi atas dirinya. Tapi dia tetap berusaha tersenyum, “Iya. Aku akan menemanimu sampai sembuh. Makanya cepat sembuh ya?”
“Mm.” jawab adiknya dengan mengangguk.
***
2 hari kemudian Tuan Park Hyun Do datang untuk menjemput anak laki-laki itu.
“Ayolah Nak, ikutlah dengan Tuan Park.” pinta Mrs. Seo Jung. Anak itu masih terdiam. Dalam pikirannya dia menginginkan orang tua, tapi dia tak ingin meninggalkan adiknya sendirian.
“Aku tahu kau pasti berat mengambil semua keputusan. Tapi percayalah, aku akan jadi orang tua yang baik untukmu.” Tuan Park sedikit khawatir kalau anak itu menolak.
“Aku mau di adopsi. Tapi,” perkataan anak itu terhenti. Tuan Park mengernyitkan dahinya.
“Tapi apa?” Tanya Tuan Park. Hatinya berharap semuanya berjalan sesuai harapan.
“Tolong jaga adikku juga. Kalau aku ingin mengunjunginya harus selalu di izinkan. Kalau tidak aku tak mau di adopsi siapapun lagi.”
Tuan Park bisa bernafas lega. Anak itu ingin di adopsi. Syarat itu dia anggap bisa dipenuhi mengingat permintaannya hanya bertemu dengan adiknya.
“Baiklah. Kau bisa ikut denganku, Goo Chan Yeol.”
Akhirnya ia mau di adopsi. Adiknya yang saat itu sedang sakit juga tidak tahu kalau kakaknya akan di adopsi. Sampai ada seorang anak yang memberitahukan kalau kakaknya akan di adopsi. Anak perempuan itu mencoba bangkit dan melihat kakaknya untuk yang terakhir kalinya.
“Oppa, jangan tinggalkan aku!”
“Maafkan aku, aku tidak bisa, aku janji, suatu saat nanti kita akan bertemu, oppa janji”
“Oppa! Oppa!”
Setelah anak laki-laki memasuki mobil mewah itu, dia tak terlihat lagi, bahkan anak perempuan itu tak mendengar suaranya lagi.
“Oppa! Oppa!”
Akhirnya, di musim gugur yang indah mereka di pisahkan. Hingga saatnya dia di adopsi oleh bibinya sendiri dan pindah ke Incheon bersama anak laki-lakinya, Byun Baek Hyun yang ayahnya baru saja meninggal 5 bulan yang lalu, beberapa hari setelah kematian ayah Han Yeol, karena kecelakaan pesawat saat akan pergi bertugas ke Jepang.

12 tahun kemudian……..
Spring season in Seoul, 2007
Kabar anak laki-laki itu masih belum diketahui. Hingga 12 tahun berlalu, semuanya hanya jadi bayang-bayang semu selama itu…. Anak perempuan kini menjalani hidupnya yang baru. Hari ini adalah minggu pertama di musim semi. 2 anak remaja sedang menikmati musim dimana semua pepohonan berbunga dan merekah.
Sinar matahari yang tidak terlalu menyengat menerpa wajah manisnya, seorang gadis sedang membaca buku dengan asyiknya di kursi taman sambil mendengarkan music menggunakan headset. Buku The Secret Garden itu ternyata menarik perhatiannya. Di baliknya satu persatu halaman buku itu, membaca dan terus membaca apa yang ada dalam buku. Kadang ekspresinya berubah-ubah sesuai keadaan dalam buku, namun terlihat begitu polos. Rambut coklat yang panjang sepunggung di jalin dua, hanya berbalut baju kaos Micky Mouse warna kuning terang, celana jeans selutut dan hanya menggunakan sandal jepit berwarna kuning. Terlihat gadis ini sangat santai dalam hidupnya. Bahkan dia sangat santai menunggu kakaknya membawakan es krim untuknya.
“Oh, chwesonghamnida, aku sudah menabrakmu. Maafkan aku.” Ujar seorang pria pada Baek Hyun.
“Tidak apa. Aku juga yang salah tak melihat kalian lewat. Maafkan aku juga. Ya yang penting es krim ini tidak jatuh. Hehehe.” Jawab Baek Hyun enteng. Terlihat pria itu dan 2 temannya tersenyum pada Baek Hyun.
“Oh ya, aku Kyung Soo, Do Kyung Soo.” Ujar pria itu lalu mengulurkan tangannya setelah menyebutkan namanya.
“Oh! Aku Baek Hyun, Byun Baek Hyun. Oooh maaf aku tak bisa membalasnya. Tanganku penuh dengan es krim.”
“Kyung Soo-ya, sebaiknya biarkan dia pergi menemui, pacarnya yang duduk disana.” Tunjuk temannya pada gadis yang tak jauh dari mereka.
“Kau benar SuHo-ya. Baek Hyun-sshi, sebaiknya kau cepat bawa es krimnya nanti mencair. Sampai jumpa lagi.” Pria bernama Kyung Soo itu tersenyum lalu membungkuk dan berjalan meninggalkan Baek Hyun diikuti oleh kedua temannya.
Sang gadis sempat menoleh ke belakang melihat Baek Hyun berbicara dengan 3 pria berseragam SMA. 3 pria tersebut membelakanginya sehingga si gadis tak melihat wajahnya. Lalu menoleh lagi untuk membaca bukunya lagi. 
“Han Yeol-ah! Ini es krim mu. Rasa vanilla kan?” Tanya Baek Hyun.
“Ne oppa. Gomawo. Kau selalu mentraktirku es krim, hehehe.” 
Han Yeol, ya Goo Han Yeol. Dia Gadis yang di maksud. Gadis yang selalu ceria dan terlihat santai. Terlihat dia menaruh bukunya, melepas headset dan menjilat es krimnya.
“Tapi nanti kau harus mentraktirku es krim juga.”
“Mwo? Sudah kuduga kau ada maunya.”
“Kau tak mau melakukannya untukku? Baiklah, mulai besok aku tak akan dan tak akan pernah mentraktirmu es krim lagi.” Ancam Baek Hyun.
“Oppa…” keluh Han Yeol.
“Kau tahu kan aku hanya bercanda. Mentraktirmu es krim itu mm, mungkin sebagai salah satu kewajibanku.” Lalu Baek Hyun menjilat es krim rasa pisang dengan sedikit rasa coklat didalamnya.
Han Yeol berhenti menjilat es krimnya, lalu menoleh ke Baek Hyun. “Kewajiban?”
“Kau sudah kuanggap adikku sendiri. Lagipula, kita masih punya hubungan saudara, tentu saja itu membuat aku menyayangimu seperti adikku sendiri. Hah,” Baekhyun menghela nafas. “Semenjak kematian Seo Hyun, dan juga abeoji aku sangat kesepian. Hanya kau dan eomma yang aku punya. Tak ada lagi yang lain. Itu sebabnya aku masih merasa tegar karena ada kau dan eomma.”
“Oppa, mianhae aku mengungkit hal itu lagi. Aiish aku ini memang babo, babo, babo!” jawabnya sambil memukul kepalanya dengan pelan, tapi tetap saja itu menyakitkan.
Baek Hyun menarik tangan Han Yeol, “Ya! Ya! Ya! Apa yang kau lakukan. Sudah sudah. Tidak apa-apa. Makan saja es krim mu nanti mencair.”
“Ne ne. hmm..” reflex Han Yeol menoleh kea rah Baek Hyun lalu melihat es krimnya lekat-lekat. “Apa itu rasa pisang? Bukankah itu rasa kesukaan monyet? Aku ingin mencobanya oppa..”
“Tidak bisa, ini kesukaanku. Sudahlah jangan ganggu aku. Lalu kau bilang apa tadi? Ini es krim kesukaan monyet?”
“Bercanda Oppa hehehe. Oppa.. Oppa.. aku mau itu oppa..” goda Han Yeol.
“Han Yeol-ah, jangan menggodaku nanti aku melting.”
“Kasih aku aja oppa. Yah? Yah?” kali ini Han Yeol memasang wajah 1000 kali lebih memelas dari pengemis manapun di dunia. *Gajelaaah*akibat mengantuk*
“Ya Han Yeol-ah!”
Semua kesenangan itu berakhir sampai hari menjelang malam. Bersenang-senang di hari terakhir memang sangat menyenangkan. Setelah itu mereka pulang bersama-sama. 
***
“Ya!” seru seorang pria. Dia tampak gelisah dengan pemandangan yang di depannya.
“Ada apa? Kau takut?” Tanya temannya.
“Bukan begitu. Ini sudah malam, aku takut. Kenapa harus jam segini ke sekolah lagi? Tempat ini begitu sunyi.” keluhnya. Pria ini benar-benar gelisah. *ada KAImbing takut*
“Jong In-ah, mau bagaimana lagi. Kita harus bantu Kyung Soo untuk mencari pulpen itu.” Ujar SuHo.
“Mianhae membuat kalian repot. Tunggu saja disini atau pulanglah, aku akan mencarinya sendiri. Ini salahku meninggalkannya di perpustakaan tanpa tahu benda itu jatuh dan entah kemana. Aku akan masuk.” Jelas Kyung Soo, tak lama kemudian dia berlari untuk masuk ke dalam gedung sekolah yang sangat luas dan megah. Mereka berdua memutuskan untuk ikut ke dalam menemani sahabatnya. Kini Kyung Soo berlari menuju perpustkaan. Beruntungnya perpustakaan tidak dikunci. Di sana ada beberapa siswa kelas 3 yang akan mengahadapi ujian sedang belajar. Tanpa basa-basi Kyung Soo menaruh tasnya di meja tepat di depan seorang siswa kelas 3 bernama Park Chan Yeol. Chan Yeol tampak bingung apa yang terjadi dengan Hobaenya yg imut ini. Tak lama, datanglah 2 makhluk asing Suho dan Jong In ikut mencari.
“Ayolah,kau di mana?” Kyung Soo terus mencari di bawah rak buku di seluruh ruang perpustakaan. Hasilnya Nihil. Tiba-tiba Chan Yeol menepuk pundaknya.
“Kau tak apa? Kau terlihat kelelahan mencari sesuatu.”
“Sunbae.” Dahinya mengerut. jadi gak imut lagi oppaa. “Aku mencari pulpen pemberian harabeoji. Hasilnya nihil, aku tak menemukannya di manapun.” Jawabnya pasrah.
“Hobae, aku mungkin tak tahu seberapa pentingnya barang itu bagimu. Tapi apapun jika itu sangat berharga, aku yakin akan kembali suatu saat nanti. Selalu berharaplah, dia akan kembali padamu. Akan kembali padamu.” Nasihatnya panjang lebar. “Sebaiknya kau pulang. Ini sudah hampir jam 8. Bukankah ujianmu 5 bulan lagi? Belajarlah dengan giat.”
Kyung Soo mengangguk. “Ne Sunbae. Terima kasih atas sarannya. Kau juga, jangan pulang terlalu larut. Ujian mu 3 bulan lagi. Bersemangatlah.”
Chan Yeol membalasnya dengan senyuman.
***
“Kami pulang!” ujar mereka serempak.
“Ne. tepat sekali kalian sudah pulang. Ayo makan malam dulu.” 
Lalu Baek Hyun memeluk eommanya dari belakang.
“Eomma..”
“Hm?”
“Saranghae..”
Wanita berumur 45 tahun yang bernama Kim Ji Sun itu hanya tertawa mendengar kata anak laki-lakinya itu.
“Eomma, apa itu Kimbab?” Tanya Baekhyun.
“Wah enak sekali ahjumma. Aku mau .” Puji Han Yeol.
“Iya ini Kimbab. Isinya kentang, bayam dan telur. Ayo ke ruang makan, kita makan sama-sama.”
“Ne!” jawab Han Yeol dan Baek Hyun dengan semangat.
Malam itu jadi penuh kehangatan dalam keluarga. Han Yeol yang selalu ceria begitu merasakan ia memiliki ibu dan seorang kakak yang begitu ia sayangi dan yang menyayanginya. 
Malam ini Han Yeol berniat berbicara dengan Baek Hyun sebelum besok pergi.
“Oppa? Kau sudah tidur?” Tanya Han Yeol sambil membuka pintu kamar Baek Hyun.
“Mm? Han Yeol-ah, ada apa?” jawab Baek Hyun yang sedang berbaring sambil memejamkan matanya.
“Aku ingin mengatakan sesuatu.” Han Yeol masuk dan duduk di kursi meja belajar Baek Hyun.
“Bicara apa? Penting kah?” Baek Hyun terbangun lalu duduk di atas tempat tidurnya.
“Mm, kenapa kau tak mau tinggal di tempatku saja? Jauh lebih dekat dengan sekolah kita yang dulu.”
Baek Hyun terdiam. Lalu menghela nafas. “Walaupun aku ingin tapi tetap tidak bisa.”
“Wae?”
“Aku menyayangi rumah ini. Rumah penuh kenangan dari aku lahir sampai sekarang. Walau sempat pindah dan tinggal di Incheon dulu saat abeoji baru saja meninggal. Selama 4 tahun di sana membuatku tidak betah sampai akhirnya kami kembali kerumah ini. Satu-satunya yang berharga bagi ku dan eomma tentunya.”
“Ne aku mengerti. Aku akan keluar. Tidurlah. Jaljayo oppa.” Han Yeol berjalan menuju pintu.
“Han Yeol-ah, tunggu.”
“Ada apa?” Han Yeol berhenti lalu menoleh ke arah Baek Hyun.
“Tidak. Tidak jadi.” Jawabnya santai lalu berbaring lagi dsn memejamkan mata.
“Cup!” Han Yeol mencium kepala Baek Hyun lalu berlari keluar. Baek Hyun yang di serang pun terbangun dan berteriak, “Ya! Goo Han Yeol!”
Tak lama setelahnya Baek Hyun berbaring lalu memejamkan mata. Memikirkan semua yang telah berlalu dari 12 tahun yang lalu sampai sekarang. Semua berputar dalam otaknya.
“Goo Han Yeol, aku menyayangimu.”
Setelah mengakhiri semua kenangannya Baek Hyun tertidur.
***
Keesokan harinya, pagi hari yang cerah di hari minggu. Han Yeol terbangun karena suara burung yang riuh diluar. Tentu saja itu terdengar indah karena itu pertanda pagi sudah datang. 
“Hariku yang baru akan dimulai besok. Dan aku bisa merasakannya pagi ini. Tuhan, bimbing aku…” harap Han Yeol di pagi hari.
Lalu Han Yeol bangkit dari tempat tidurnya. Mencuci muka lalu keluar dari kamar untuk menemui bibinya dan kakak sepupunya.
“Annyeong.” Sapa Han Yeol lalu mengambil segelas air putih.
“Nado annyeong Han Yeol-ah . Kau terlihat hebaaaaaaaaaaat pagi ini” puji Baek Hyun. Berlebihan cetar membahana badai.
“Kau juga oppa. Kau bahkan terlihat sangat tampan tapi hanya di pagi hari.” Jawabnya mengejek lalu meneguk segelas air putih.
“Ya, kau awas nanti.” Ancam Baek Hyun. Lalu Han Yeol duduk di samping ahjumma.
“Kamu yakin, akan pindah? Tak apa sendiri? Aku suruh Baekhyun mengantarmu?” tawar ahjumma.
“Benar kata eomma, apa tak apa-apa kau sendiri pindahnya? Kau tak mau aku yang kau bilang hanya terlihat tampan di padi hari ini membantu?” Tanya Baek Hyun.
“Tidak apa. Aku bisa sendiri. Aku ingin hidup mandiri dan pindah ke sekolah yang lebih baik lagi. Mungkin aku tidak akan menyusahkan ahjumma dan Baek oppa lagi.”
“Beraninya kau mengatakan kalau dirimu menyusahkan kami, Han Yeol-ah. Kau sudah kuanggap adikku sendiri teganya kau meninggalkan kami berdua disini, hu hu hu.” Ujar Baek Hyun sambil memasang wajah sedih.
“Mianhae oppa. Ayolah jangan menangis. Aku akan sering mengunjungi kalian. Aku berjanji.”
“Kau harus berangkat dan pulang sekolah bersamaku ne?!”
“Baek Hyun-ah, kau terlalu memaksanya. Maafkan dia Han Yeol-ah, dia sedikit khawatir mengingat kejadian itu saat pulang sekolah.”
Han Yeol mulai membayangkan kejadian waktu itu.. Saat itu Han Yeol masih kelas 1 SMA di tempat yang sama dengan Baek Hyun. Han Yeol pulang sendiri karena Baek Hyun dapat hukuman karena terlambat dengan membersihkan seluruh kamar mandi sekolah. Tepat jam 6 sore dia berjalan pulang, ada 2 ahjussi mencegatnya.
“Hai gadis manis, kau ingin pulang? Tak baik gadis manis pulang sendiri.”
“Tak apa, aku bisa pulang sendiri.”
Lalu salah seorang ahjussi itu memegang tangan Han Yeol, “Ayolah gadis manis, kami antar pulang.”
“Shireo!”
Mereka pun memakasa. “Kau pegang dia, bawa saja pulang!”
Lalu Baek Hyun datang membawa kayu dan memukuli kedua ahjussi itu, dan mereka berdua lari menjauh.
Han Yeol menghentikan lamunannya,
“Ne ahjumma. Untung saja ada Baek Hyun oppa. Semenjak itu Baek oppa latihan wushu sama Tao sunbae selama 2 bulan.” Ujar Han Yeol sambil tertawa 
“Jangan diingat lagi, itu lebih mirip penyiksaan. Berlatih dengannya sangat ketat. Berjanjilah selalu bersamaku. Aku akan mengantarmu nanti.” Baek Hyun terlihat ngeri mengingat saat-saat (?) dia berlatih wushu.
“Hmm, ne ne jika kau memaksa oppa.”
“Baiklah jika itu keputusanmu, hati-hati saja. Kapan-kapan ahjumma akan kesana menengokmu. Han Yeol-ah, jaga diri.”
“Oh aku juga akan selalu mengunjungimu Han Yeol-ah!”
“Ne ahjumma. Kuharap kau sering mengunjungiku nanti.”
“Tentu saja. Sini, aku peluk kau untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkan rumah ini.” Lalu ahjumma memeluk Han Yeol.
Han Yeol membalas pelukkannya, “Oh ahjumma, aku pikir akan merindukanmu nanti. Baiklah, sebelum aku pergi, aku ingin menikmati suasana pagi disini.”
“Kau tidak ingin memelukku nanti setelah sampai disana?” goda Baek Hyun
“Kau ini remaja laki-laki tetapi sikapmu seperti anak kecil. Antarkan dia sampai tempat tinggal barunya lalu kau bantu dia menata barang-barang.”
“Ne eomma.” Jawab Baek Hyun datar.
Han Yeol hanya tertawa. “Aku akan memelukmu selama yang kau mau Oppa.”
Baek Hyun yang mendengarnya hanya tertawa bersama Han Yeol dan ibunya.
***
Han Yeol terlihat sedang menata kebun kecil yang ada di depan rumah. Ia selalu merawatnya dan dia berfikir jika dia pergi, siapa yang akan merawatnya selain dia?
“Aku yang akan merawatnya.” Ujar Baek Hyun. Lalu ikut berjongkok disamping Han Yeol.
“Oppa..”
“Aku pikir, aku akan kehilanganmu. Mungkin kebun kecil ini akan membuatku ingat padamu. Han Yeol-ah, kau bisa berjanji padaku?”
“Janji? Soal apa?”
“Berjanjilah selalu ingat aku dan eomma. Apapun yang terjadi, aku siap membantumu. Kau adalah dongsaengku (adik) yang paling aku sayangi selain Seo Hyun. Aku ingin, bisa menjagamu, menyayangimu, memperhatikanmu, sama seperti yang aku lakukan terhadap Seo Hyun. Dan aku ingin kau mendapatkan lebih dari dia. Ingatlah kata-kataku, Han Yeol-ah.”
“Oppa.. Gomapta. Kau sudah mengatakannya padaku. Aku berjanji, aku akan selalu mengingat kalian berdua apapun yang terjadi. Aku juga sangat menyayangi kalian berdua. Oppa, aku juga ingin kau jaga kesehatan. Jika kau bekerja jangan terlalu keras. Belajarlah dengan baik. Aku akan menunggumu disana, kuharap saat di Universitas kita akan bertemu. Dan jadilah botani paling hebat di Korea.”
“Hm. Aku akan bersungguh-sungguh. Mulai sekarang, aku akan memulai segalanya, untuk yang lebih baik.”
“Ne, oppa.”
Senyum pun tergambar di wajah masing-masing. Perasaan ingin mempunyai oppa dari Han Yeol pun terasa terjawab. Kini dia memiliki kakak yang begitu sayang padanya. Dia bersyukur akan hal itu.
Lalu setelah berbincang-bincang, Han Yeol akhirnya pergi meninggalkan rumah untuk pindah ketempat yang menurutnya akan merubah dirinya dan kehidupannya.
“Eomma aku pergi!”
“Ne. Hati-hati.” 
Pergi meninggalkan rumah ahjumma yang sudah dianggap orang tua sendiri memang berat. Itu yang harus dilakukan Han Yeol untuk menjalani hidupnya. Dia siswi cerdas yang mendapat beasiswa untuk pindah ke SMU yang lebih baik. Pindah ke GreenLeaf International High School, sekolah terkemuka di Korea Selatan yang sebagian besar siswanya orang-orang kaya, cerdas, dan ada juga beberapa selebritis terkenal sekolah disana. Gugup, takut, tak percaya diri itu yang saat ini dia rasakan. Sampai di rumah kontrakannya yang baru, hal itu terus menjadi beban pikirannya. 
“Oppa, gomapta.”
“Cheonma. Setidaknya aku berguna kan bagimu?”
“Tentu saja berguna, kau selalu berguna untukku.” Jawab Han Yeol hampir tertawa..
“Kau ini bisa saja menjawab. Teganya aku memanfaatkanku seperti itu.”
Lalu Baek Hyun yang iseng melihat penampilan Han Yeol yang terkesan terlalu sederhana. “Hey kau, tak pernah kulihat kau pakai rok kalau diluar sekolah, ada apa?” tanyanya penuh penasaran.
“Aku suka gayaku. Gadis 18 tahun dengan rambut dijalin dua setiap waktu, memakai celana apapun itu selutut, terkadang T-shirt yang sederhana atau shirt yang aku punya. Setidaknya itu yang membuatku nyaman. Aku suka hidup dalam kesederhanaan, mengajarkan kita caranya hidup sederhana, saat-saat sulit, kalaupun kau akan jadi orang kaya kau akan tahu cara memanfaatkannya dengan berbagi pada orang yang kekurangan. Aku tau aku serba kekurangan. Tapi aku bersyukur ada kau dan ahjumma, itu adalah suatu anugrah yang benar-benar aku syukuri. Itu yang membuatku selalu bertahan.”
“Han Yeol-ah, gomawo. Kau sudah mengatakannya padaku. Aku dan eomma juga senang kau bisa tinggal bersama kami selama 8 tahun setelah kau keluar dari panti asuhan dan memilih tinggal bersama kami. Aku benar-benar mensyukurinya juga.” Baek Hyun hanya mengacak rambut Han Yeol sambil tersenyum lebar.
“Aah oppa, kau merusak rambutku.”
“Haha, ne ne. jaga diri ya! Aku mau pulang, eomma pasti menunggu di rumah. Kalau ada yang sampai macam-macam padamu, pukul pakai tongkat yang aku berikan.”
“Eh kau tak mampir? Aku buatkan kimbab ya? Atau susu coklat?”
“Ah lain kali saja, aku lapar masakan eomma. Lagian masakanmu asin semua, dan susu coklatmu terlalu manis. Daa!!” lalu Baek Hyun berlari. “Ya Oppa! Kajima!” bentak Han Yeol. Lalu Baek Hyun berhenti, “Aku pulang ya! Kalau ada apa-apa, telepon saja aku.”
“Aish Oppa, Ne! Oppa, hati-hati!” seru Han Yeol sambil melambaikan tangannya. “Uh dasar, kekanak-kanakkan. Sampai aku pun ketularan. Tapi ia memang Oppa yang baik untukku.” guman Han Yeol.
Baek Hyun sudah berlari pulang dan Han Yeol sedang merapikan beberapa barang yang masih belum di tata. Setelah itu ia putuskan untuk keluar melihat keadaan sekitar.
“Untung saja masih musim semi, jadi tidak takut keluar karena dingin. Hmm sejuknya disini.”
Lalu dia melihat beberapa petak kebun tak terurus. “Tempatnya cukup luas. Kenapa ahjumma dan Baek oppa tidak mau tinggal disini saja. Aku pasti akan kesepian. Di dalam juga tidak terlalu sempit. Bahkan aku mendapatkannya gratis. Tempat ini sederhana dan aku menyukainya. Sama seperti aku bukan?” gumamnya lalu tersenyum. Dia lalu berjongkok melihat bunga-bunga liar kecil yang indah tumbuh dibawah. “Annyeonghaseyo! Namaku Goo Han Yeol. Apa kalian menyukaiku? Aku sangat menyukai kalian. Kalian bunga liar yang indah. Ayo tumbuhlah. Aku akan mencarikan kalian teman. Arajji?”
“Oh ya, aku akan membeli mie saja dulu untuk makan malam nanti. Aku lupa aku tak punya bahan apapun. Untung saja Baek Oppa tidak jadi makan disini, kalau iya mau makan apa dia? Lalu aku akan menyiapkan beberapa hal untuk besok. Hah senangnya bisa memulai lembaran baru besok. Kuharap tak terjadi hal yang buruk.”
***
Baek Hyun berjalan gontai menuju rumah. Jaraknya sekitar 2 km dari rumah baru Han Yeol. Lumayan kalau jalan kaki. Dia masih berat membiarkan Han Yeol pergi dari rumah. Dia merasa akan sangat kesepian, tak ada yang bisa dia ajak bermain atau sekedar bercanda. Sejak ibunya kembali berjualan di pasar, yang ada di rumah pasti Han Yeol. Menyapanya, mengajaknya bicara, atau apapun yang menyenangkan. Kadang saat pulang sekolah, sampai rumah mereka terlentang di ruang tamu seperti ikan di jemur tanpa mengganti pakaian dan tidur bersama. Dia mengingat saat ibunya memarahi mereka berdua karena tidak mengganti pakaian sebelum tidur terlentang, atau saat mereka bermain air sepulang sekolah. Itu benar-benar tak bisa di lupakan. Dia terus memikirkannya sampai dia tiba di rumah.
“Aku pulang.”
“Baek Hyun, kau sudah pulang. Bagaimana Han Yeol? Eomma tidak bisa ikut mengantarkannya. Eomma mendadak mesti ke pasar untuk membeli bahan untuk pesanan.”
“Ne eomma. Eomma,” Baek Hyun memeluk ibunya dari belakang.
“Apa eomma tak merindukan Han Yeol?”
“Baek Hyun-ah,tentu saja. Bukankah dia juga anak eomma. Dia juga adikmu kan? Sudahlah, biarkan saja dia memilih jalan hidupnya sendiri. Kau juga, apapun nanti keputusanmu selama itu baik untukmu eomma akan setuju.”
“Eomma, aku menyayangimu.”
“Eomma juga menyayangimu,”
***
Sore hari, tempat disana memang jadi sepi karena banyak yang memilih didalam rumah atau pergi ke tempat lain karena hari Minggu. Namun di suasana sore hari yang cerah, beberapa orang tengah berkeliling, sepertinya bingung mencari sesuatu yang hilang. Han Yeol yang melihatnya heran. Lalu seorang pemuda yang menggunakan jas hitam dan kemeja putih dengan dasi menghampiri Han Yeol.
“Jogyo, apa kau melihat seorang pemuda berumur 19 tahun dengan mata yang agak besar, seperti ini O_O, rambut sedikit berantakan, tinggi dan putih, lalu bibirnya agak ya sexi. Apa kau melihatnya?”
Han Yeol terlihat merenung, “Mata besar? Bibir sexi? Aku bahkan baru saja kesini. Aku tak tahu.”
“Baiklah, maaf mengganggumu. Tuan Muda menghilang! Cepat cari dia!” perintah seorang pria berpakaian hitam. Dia memerintahkan ke 4 bawahannya (bodyguard) untuk mencari Tuan Muda.
“Aneh sekali. Mata besar, bibir sexi. Hahahaha, pasti wajah orang itu lucu.” Pikir Han Yeol.
***
“Haduh Tuan Muda, kemana lagi dia kabur. Kalau sampai dia tidak ketemu atau tidak pulang ke rumah… Entahlah apa yang akan terjadi.” Keluh pria yang sepertinya atasan dari beberapa orang yang ternyata 4 orang bodyguard.
Disisi lain…
“Hah, hah, hah. Akhirnya, aku bisa lari. Tapi dimana aku bersembunyi?” pikir Tuan Muda itu yang mencoba bersembunyi dari bodyguard. Tiba-tiba dia punya ide untuk menyamar. Dia mengambil jaket lusuh dari dekat rumah orang lain lalu membuat rambutnya itu berantakan dan wajahnya sedikit dia lumuri debu. “Mungkin dengan ini aku bisa menyamar. Lalu habis ini apa yang harus kulakukan?” Lalu dia melihat gadis lewat didepannya.
“Disini minimarket dimana ya? Disana? (menunjuk arah barat) atau disana? (menunjuk arah timur)” ujar Han Yeol pada dirinya sendiri. Dia terlihat bingung di daerah yang baru dia tempati.
Lalu Tuan Muda itu menarik tangan Han Yeol. Tatapan mata itu tak terhindarkan. Setelah beberapa detik, hentakan kaki para bodyguard itu terdengar dan bayangan mereka terlihat dari kejauhan. Tuan Muda menoleh…
“Please, help me…” ujarnya.
Lalu Tuan Muda tanpa mengatakan apapun dan Han Yeol tanpa menjawab, dia langsung mencium bibirnya…….
*TO BE CONTINUED…

3 komentar: